بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Para kafir harby sering
kali menuduh Ayat Alqur’an tidak ilmiah berkaitan dengan anggapan bahwa
menurut Alqur’an bumi itu datar. Berikut ini dalil Alqur’an yang biasa
mereka pakai:
DALIL PERTAMA:
firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr: 19, “Dan Kami
(Allah) telah menghamparkan bumi….”. Nah lihatlah, kata mereka, bukankah
ayat ini dengan gamblang telah menjelaskan bahwa bumi itu terhampar,
dan tidak dikatakan bulat…! Kemudian mereka pun dengan enteng
mengkafirkan semua orang yang berseberangan faham dengan mereka.
DALIL KEDUA:
adalah firman Allah pada surat Al-Baqarah: 22, “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (firasy) bagimu.”
DALIL KETIGA:
adalah
firman Allah pada surat Qaf:7, “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami
letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya
segala macam tanaman yang indah dipandang mata...”
DALIL KEEMPAT:
adalah
firman Allah pada surat An-Naba 78: 6-7, “Bukankah Kami telah
menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?
DALIL KELIMA
adalah firman Allah pada surat Al-Ghasyiyah : 20, “Dan bumi bagaimana dihamparkan ?”
Memang
secara tekstual, bunyi ayat-ayat di atas mengatakan bahwa bumi ini
terhampar, seumpama firasy, karpet, atau tempat tidur. Namun, apakah
sesederhana itu sajakah memahamkan ayat Al-Qur’an….? Apakah memahamkan
al-Qur’an yang agung cukup secara tekstual saja, kemudian mengabaikan
arti kontekstualnya…? Kalau demikian, yakni Al-Qur’an hanya difahamkan
secara tekstual saja, maka pasti akan hilanglah kehebatan dan keagungan
Al-Qur’an itu. Padahal ada banyak ayat suci Al-Qur’an dan hadis yang
mendudukkan derajat orang-orang berpengetahuan berada beberapa tingkat
di atas orang awam. Dalam hal ini, pemahaman kontekstual jelas
memerlukan daya nalar yang lebih tinggi dibandingkan sekedar pemahaman
tekstual saja. Dengan demikian, pantaslah kiranya jika Allah dalam
Al-Qur’an dan Nabi dalam banyak hadis beliau, memuji dan menyatakan
bahwa orang yang berilmu pengetahuan, yang memakai akal dan nalar,
memiliki derajat yang tinggi jauh berbeda dengan orang awam.
PEMBAHASAN MASALAH
Pada
surat Al-Hijr ayat 19 dikatakan bahwa Allah telah menghamparkan bumi.
Disitu tidak ada dikatakan bagian yang dihamparkan adalah bagian bumi
tertentu, tetapi yang terhampar adalah bumi secara mutlak. Sehingga
dengan demikian, jika kita berada di suatu tempat di bagian manapun dari
pada bumi itu (selatan, barat, utara, dan timur), maka kita akan
melihat bahwa bumi itu datar saja, SEOLAH-OLAH TERHAMPAR di hadapan
kita. Kemudian jika kita berjalan dan terus berjalan dengan mengikuti
satu arah yang tetap, maka bumi itu akan terus menerus kita dapati
terhampar di hadapan kita sampai suatu saat kita kembali ke tempat
semula saat awal berjalan. Hal ini telah jelas membuktikan bahwa justru
bumi itu bulat adanya. Sebaliknya, jika saja bumi itu berbentuk kubus,
misalnya, maka pasti hamparan itu suatu saat akan terpotong, dan kita
akan menuruni suatu bagian yang menjurang, menurun, TIDAK LAGI
TERHAMPAR…..!
Selanjutnya, jika bumi itu adalah sebuah
hamparan seperti karpet atau tikar, maka jika ada orang yang melakukan
perjalanan lurus satu arah secara terus menerus, maka orang itu pada
akhir perjalanannya akan sampai pada ujung bumi yang terpotong, dan
tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula, di mana dia memulai
perjalanannya yang pertama dulu. Penelitian dan pengalaman manusia telah
membuktikan bahwa perjalanan yang dilakukan secara terus menerus ke
satu arah tertentu tidak pernah menemukan ujung dunia yang terpotong,
melainkan terus menerus yang ditemukan hanyalah hamparan demi hamparan
di tanah yang dilalui, untuk kemudian perjalanan itu berakhir pada
tempat semula saat perjalanan pertama dimulai. Hal ini tidak mungkin
dapat terjadi jika saja bumi itu tidak bulat keberadaannya.
Penjelasan
yang lebih gamblang adalah pada surat Al-Baqarah ayat 22: “ Dia
(Allah) yang telah menjadikan bumi itu firasy (hamparan, kapet) BAGIMU
……” Perhatikan kata-kata “bagimu”. Al-Qur’an dalam hal ini, tidak
sekedar mengatakan bahwa bumi itu hamparan umpama karpet saja, kemudian
berhenti pada kalimat itu, tapi ada kata tambahan lain yaitu “bagimu”.
Artinya, bagi kita manusia yang tinggal di atas permukaan bumi ini,
bumi terasa datar. Walaupun, bumi itu pada kenyataannya adalah tidak
datar. Hanya TERASA DATAR bagi kita manusia. Terasa datar bukan berarti
benar-benar datar, bukan….?
Penjelasan kata “karpet
(firasy)” bagimu bukankah bisa diartikan sebagai sesuatu yang berfungsi
untuk diduduki atau dipakai tidur, dengan aman dan nyaman…?. Kata
firasy dalam bahasa Indonesia dapat diartikan karpet, atau ranjang
adalah sesuatu yang nyaman dan aman dan dipakai untuk tidur. Nampaknya
arti seperti ini dapat dipakai, sebab keberadaan struktur bumi ini
memang berlapis-lapis. Bagian intinya sangat panas dengan suhu ribuan
derajat celcius yang mematikan. Namun demikian, pada bagian LAPISAN
YANG PALING ATAS, ada sebuah lapisan keras setebal 70 kilometer,
disebut lapisan kerak bumi yang paling aman dan nyaman, dengan suhu
yang aman pula bagi kehidupan. Seolah-olah lapisan bumi bagian atas itu
adalah ‘karpet’ atau ‘ranjang’ yang terbentang luas dan melindungi
manusia serta seluruh makhluk Allah yang berada di atasnya, aman dari
bahaya lapisan bumi bagian dalam yang cair, yang sangat panas lagi
mematikan itu.
Kemudian dalam QS.Qaf:7, “Dan Kami
hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh
dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang
mata...”
Perhatikan gambaran bumi dalam ayat lainnya:
waal-ardha ba'da dzaalika dahaahaa
[79:30] Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.
tejemahan bahasa Indonesia kembali menyaakan kata ini dengan 'hamparan'.
Lalu ketika Al-Qur'an menyebut kata 'al-ardha' atau 'al-ardhi'
yang diterjemahkan menjadi 'bumi', bisa juga merujuk kepada 'permukaan
bumi' atau lapisan bumi paling luar tempat kita berpijak, lihat ayat
ini :
walakum fii al-ardhi mustaqarrun wamataa'un ilaa hiinin
[2:36] dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
wa-idzaa tawallaa sa'aa fii al-ardhi liyufsida fiihaa wayuhlika alhartsa waalnnasla waallaahu laa yuhibbu alfasaada
[2:205]
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan
Ayat-ayat
tersebut merupakan sinyal-sinyal ilmiah dari Al-Qur'an tentang proses
pembentukan kulit bumi, tempat kita berpijak, disitu ada indikasi
terjadinya proses yang berangsur-angsur, mulai dari sedikit lalu meluas
menjadi seperti permukaan bumi yang ada sekarang, ibarat orang
menggelar/menghamparkan permadani..
Kata ‘farsya’
juga diartikan sebagian para ulama dengan ‘alas’ atau ‘tunggangan’.
Sebagian ulama tafsir mengartikan sebagai ‘yang disembelih’, dalam hal
ini adalah terkait dengan kambing, domba dan sapi (lihat Tafsir
Al-Mishbah – Quraish Shihab). Ini menjelaskan bahwa hewan yang diembelih
tersebut bisa dimanfaatkan, misalnya kulitnya sebagai alas untuk
tempat duduk.
wamina al-an'aami hamuulatan wafarsyan
[6:142] Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih.
Ini dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an yang lain :
waallaahu
ja'ala lakum min buyuutikum sakanan waja'ala lakum min juluudi
al-an'aami buyuutan tastakhiffuunahaa yawma zha'nikum wayawma
iqaamatikum wamin ashwaafihaa wa-awbaarihaa wa-asy'aarihaa atsaatsan
wamataa'an ilaa hiinin
[16:80] Dan Allah menjadikan
bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu
rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa
ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan
(dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing,
alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu
(tertentu).
Maka lagi-lagi kata ‘farasy’
dalam ayat tersebut tidak mengandung unsur ‘datar’ melainkan ‘alas
tempat duduk’. Tentu saja suatu yang dihamparkan/digelar/dibentangkan
akan membentuk sesuai tempat dimana dia dihamparkan, hamparan akan
berbentuk melengkung kalau dasar tempatnya juga melengkung, hamparan
akan berbentuk datar kalau dasar tempatnya juga datar..
Kata tersebut juga dipakai dalam ayat lain :
muttaki-iina 'alaa furusyin bathaa-inuhaa min istabraqin wajanaa aljannatayni daanin
[55:54] Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat.
wafurusyin marfuu'atin
[56:34] dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
Ayat tersebut juga tidak menyinggung tentang suatu bidang yang datar, tapi mengenai suatu benda yang 'dibentangkan' untuk tempat duduk-duduk atau istirahat.
al’farasyi’ dalam ayat ini diartikan sebagai ‘anai-anai/laron’ yang baru lahir sehingga posisi mereka bertumpuk-tumpuk bergerak makin lama makin meluas, maka kata ini diikuti dengan ‘al-mabtsuutsi’
= bertebaran, menyebar makin lama makin luas, dalam kalimat ini juga
tidak ada korelasi antara kata ‘faraasyi’ dengan datar, melainkan
menjelaskan sesuatu yang berkembang meluas. Bisa dilihat dalam ayat ini :
yawma yakuunu alnnaasu kaalfaraasyi almabtsuutsi
[101:4] Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
Dialah
Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.
QS 2:22
alladzii ja'ala lakumu al-ardha firaasyan
[2:22] Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
Farasya = ‘fa-ra-syin’
Kata tersebut berasal dari kata ‘farasya’ yang berarti : to spread out, extend, stretch forth, furnish = menghampar, mempunyai kata turunan : furusy (berbentuk jamak, bentuk tunggalnya : firasy). Kata ‘firasy’
berarti : hamparan yang biasanya digunakan untuk duduk atau berbaring.
Dari situ kata tersebut juga bisa diartikan : permadani, kasur atau
ranjang. Dalam kalimat ini tidak ada kaitan sesuatu yang terhampar
dengan ‘datar’.
Ketahuilah wahai saudaraku seiman,
bahwa bumi yang kita tempati ini berbentuk bulat menurut kesepakatan
para ulama. Hal ini mereka nyatakan jauh-jauh hari sebelum para ilmuwan
barat menyatakan hal ini. Berkata Imam Ibnu Hazm dalam Al-Fishal fil
Milal wan Nihal (2/97) : Pasal penjelasan tentang bulatnya bumi. Tidak
ada satupun dari ulama kaum muslimin semoga Allah meridlai mereka- yang
mengingkari bahwa bumi itu bulat, dan tidak dijumpai bantahan atau satu
kalimat pun dari salah seorang dari mereka, bahkan al-Quran dan
as-Sunnah telah menguatkan tentang bulatnya bumi.
Hal
senada pernah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan menukil
perkataan Imam Abul Husain Ahmad bin Jafar bin Munadi salah seorang
ulama Hanabillah yang sangat masyhur di zamannya- berkata : Demikianlah
juga para ulama sepakat bahwasanya bumi dengan segala gerakannya, baik
di darat maupun di laut itu bulat [Lihat Majmu Fatawa Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah 25/159] Dan Syaikhul Islam pun menukil adanya ijma para
ulama mengenai hal ini dari Imam Ibnu Hazm dan Abul Faraj Ibnul Jauzi.
[Lihat Majmu Fatawa 6/586]
Berkata Imam Ibnu Hazm : Kita
katakan kepada orang yang tidak memahami masalah ini : Bukankah Allah
mewajikan kepada kita untuk shalat Dzuhur apabila matahari telah
bergeser ke arah barat (zawal)? Pasti dia akan menjawab : Ya. Lalu
tanyakan kepadanya tentang makna bergesernya matahari ke arah barat,
pasti jawabannya adalah bahwa matahari telah berpindah dari tempat
pertengahan jarak antara waktu terbitnya dengan waktu tenggelamnya, dan
ini terjadi di semua waktu dan semua tempat. Maka orang yang mengatakan
bahwa bumi itu datar dan tidak bulat dia harus mengatakan bahwa orang
yang tinggal di daerah bumi paling timur harus shalat Dhuhur saat
matahari barusan terbit, juga orang yang tinggal di daerah paling barat
tidak menjalankan shalat Dhuhur kecuali di pengunjung siang dan ini
adalah sesuatu yang sudah keluar dari ketetapan syariat Islam [Lihat
Al-Fishal 2/87 dengan diringkas)
Adapun firman Allah.
Artinya : Dan bumi bagaimana dihamparkan? {Al-Ghasyiyah [88] : 20] Ayat
ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa bumi itu datar, karena sebuah
benda yang bulat kalau semakin besar, maka akan semakin tidak kelihatan
bulatnya dan akan nampak seperti datar. [Lihat Hidayatul Hairan Fi
Masalatid Daurah oleh Syaikh Abdul karim Al-Humaid hal. 56]
Berkata
Syaikh Bin Baz : Keberadaan bumi itu bulat tidak bertentangan dengan
bahwa permukaan bumi itu datar yang layak untuk dijadikan tempat
tinggal, sebagaimana firman Allah Taala. Artinya : Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan [Al-Baqarah [2] ; 22]
Juga
firmanNya. Artinya : Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai
hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak? [An-Naba [78] : 6-7] Artinya :
Dan bumi bagaimana dihamparkan ? [Al-Ghasyiyah [88] : 20]
Kesimpulannya,
bumi itu bentuknya bulat namun permukaannya datar agar bisa dijadikan
tempat tinggal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dan saya tidak menemukan
dalil naqli dan hissi yang menentang masalah ini [Lihat Al-Adilah
An-Naqliyah wal Hissiyah oleh Syaikh Ibnu Baz hal. 103]
LANGITPUN BULAT
Adapun
mengenai keberadaan bahwa langit itu bulat, maka ini pun sesuatu yang
telah disepakati oleh para ulama Islam. Berkata Imam Ibnu Katsir : Imam
Ibnu Hazm, Ibnul Munadi dan Ibnu Jauzi serta para ulama lainnya telah
menukil adanya ijma bahwa langit itu bulat [Lihat Al-bidayah wan
Nihayah 1/69 tahqiq DR Abdullah At-Turki, lihat juga Al-Fishal
1/97-100]
Dan ini pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah : Telah kami jelaskan bahwa langit itu bulat menurut
para ulama dari kalangan sahabat dan tabiain, bahkan tidak hanya satu
orang ulama yang mana mereka adalah orang paling mengetahui tentang
riwayat menyatakan bahwa langit itu bulat, seperti Abul Husain bin
Munadi, Ibnu Hazm dan Ibnul Jauzi [Majmu Fatawa 25/195]
Dalil
mengenai masalah ini sangat banyak, di antaranya adalah firman Allah
Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam
pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis
edarnya [Yasin [36] : 40] Berkata Hasan Al-Bashri bahwa maksudnya
adalah berputar, berkata Ibnu Abbas : Berputar pada falak seperti
falkah mighzal Falkah mighzal adalah kayu berbentuk bulat yang
digunakan untuk menenun kain. Juga firman Allah. Artinya : Dan Kami
jadikan langit itu sebagai atap yang terjaga [Al-Anbiya : [21] : 32]
Keberadaan
langit sebagai atap bumi, sedangkan bumi itu bulat maka langit pun
bulat. Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyah : “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bhawa Arsy itu seperti kubah, dan ini
adalah sebuay isyarat bahwa langit itu bulat”. Kemudian setelah ini,
pahamilah wahai saudaraku, bahwa bumi kita ini adalah pusat alam
semesta. Dia berada persis di tengah-tengah lingkaran langit. Hal ini
adalah sesuatu yang disepakati oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam beberapa tempat dalam Majmu Fatawa
beliau. Beliau berkata : “Bahwasanya bumi terletak di tengah bulatan
langit. Yang menunjukkan hal ini adalah bahwasanya semua benda langit
itu terlihat dari bumi di segala penjuru langit dalam jarak yang sama,
ini semua menunjukkan bahwa jauhnya antara bumi dan langit itu sama
dari segala sisi, dan ini dengan tegas menunjukkan bahwa bumi itu
terletak persis di tengah-tengah” [Lihat Majmu Fatawa 25/195]
Ilmuan
Eropa, Galileo Galilei (1546-1642) mengatakan dengan tegas bahwa bumi
berbentuk bulat. Pernyataannya ini oleh otoritas Gereja dianggap
menyimpang sehingga dia harus dihadapkan pada hukuman mati.
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebenaran
pernyataan Galileo tersebut pun semakin jelas. Belakangan, tak sedikit
orang yang beranggapan bahwa dialah orang pertama yang menemukan teori
bulatnya bumi.
Bagaimana Pendapat Ulama Islam?
Sebenarnya jauh-jauh sebelum Galileo, sudah banyak ulama dan ilmuan yang mengatakan bahwa pelanet bumi ini berbentuk bulat.
Lebih
jelasnya mari kita lihat beberapa perkataan ulama Islam berikut
ini:Ilmuan Islam, Ibnu Khaldun (1332 - 1406 M / 732H – 808 H):
"Ketahuilah, sudah jelas di kitab-kitab para ilmuan dan peneliti tentang
alam bahwa bumi berbentuk bumi…." (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Kairo).
Ulama
Islam, Ibnu Taimiyah (1263-1328 M): "Ketahuilah, bahwa mereka (para
ulama) sepakat bahwa bumi berbentuk bulat. Yang ada di bawah bumi
hanyalah tengah. Dan paling bawahnya adalah pusat…." (Al-Jawab
Ash-Shahih li Man Baddala Din Al-Masih).
Bagi
Qazuaini (seorang ilmuan), salah satu bukti bumi berbentuk bulat adalah
bintang-bintang dan planet-planet yang berbentuk bulat (Atsar Al-Bilad
wa Akhbar Al-Bilad).
Selain mereka, masih banyak ilmuan dan
ulama Islam klasik yang menyebutkan di dalam bukunya bahwa bumi
berbentuk bulat. Di antara buku tersebut adalah:
1. Muruj Al-Dzahab wa Ma'adin Al-Jauhar, oleh Mas'udi Ali Husain Ali bin Husain (w. 346 H).
2. Ahsan Taqasim fi Ma'rifah Al-Aqalim, oleh Al-Maqdisi (w. 375 H)
3. Kitab Shurah Al-Ardh, oleh Ibnu Hauqal
4. Al-Masalik wa Al-Mamalik, oleh Al-Ishthikhry
5. Ruh Al-Ma'ani, oleh Imam Al-Alusi (ulama tafsir Al-Qur'an)
6. Mafatih Al-Ghaib, oleh Fakhru Ar-Razi (ulama tafsir Al-Qur'an)
Dan lain-lain.
Apakah Pendapat Mereka Bertentangan dengan Al-Qur'an?
Tentu
saja tidak. Justru Dr. Hadi bin Mar'i dalam bukunya "Mausu'ah
Al-Ilmiyah fi I'jaz Al-Qur'anul Karim" (Penerbit Attawfiqiah, Kairo)
mengambil dalil bumi berbentuk bulat dari isyarat Al-Qur'an. Demikian
juga para ahli tafsir lainnya.
Ada satu
ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita perhatikan sebagai tambahan
penjelasan masalah ini, inilah jawaban telak tentang tuduhan bumi itu
datar menurut Alqur'an: surat Az-Zumar ayat 5
خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى
النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا
هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ
"Dia
(Allah) menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia
memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan
menundukan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun."
(QS.Az-Zumar:5)
Kata “at-takwir” artinya
adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa
malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan
siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada
satu TEMPAT YANG BULAT secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat
saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja
kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika
dipakai kata MENIMPA atau MENINDIH.
Dari keterangan ayat
di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini
setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi
permukaannya adalah siang hari. Hal ini dapat digambarkan dari
keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu
menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama
bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari
sang malam. Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat
yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung
oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa
terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan
BUMI ITU BULAT adanya…!
Ajaibnya,
keterangan-keterangan ini ditulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada 14
abad yang lalu, disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih primitif,
dan masih menganggap bumi ini datar serta menganggapnya sebagai pusat
bagi jagad raya ini.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya....
BUMI BERBENTUK SEGI EMPAT DAN DATAR DALAM ALKITAB KRISTEN
Matius
24:31 Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup
sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan
orang-orang pilihan-Nya dari KEEMPAT PENJURU BUMI, dari ujung langit
yang satu ke ujung langit yang lain
Markus 13:27 Dan pada
waktu itupun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan
mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari dari KEEMPAT PENJURU BUMI,
dari ujung bumi sampai ke ujung langit
Wahyu 7:1. Kemudian
dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada dari KEEMPAT
PENJURU BUMI dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada
angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon
Wahyu
20:8 dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada dari KEEMPAT
PENJURU BUMI, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk
berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut
Matius
12:42 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit
bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini
datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya
yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
Saudara saudari
semua, meski kita naik ke puncak gunung tertinggi di Tibet & dapat
melihat sejauh ribuan mil, tapi tetap lah kita tak dapat melihat
seluruh bumi, bagian belakang bumi yg bundar tetap tidak kelihatan. Ini
hanya bisa berlaku jika bumi itu datar! Ini ayatnya:
Matius 4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi
dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
Lukas
4:5 Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam
sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.
Daniel
4:10 Adapun penglihatan yang kudapat di tempat tidurku itu, demikian:
di tengah-tengah bumi ada sebatang pohon yang sangat tinggi;
11 pohon itu bertambah besar dan kuat, tingginya sampai ke langit, dan dapat dilihat sampai ke ujung seluruh bumi.
Ayat-ayat
diatas ini pun bermakna bumi itu datar, bukan bundar, karena mustahil
orang dapat melihat pohon setinggi apapun dari bagian belakang bumi
yang bundar. Ini cuma berlaku jika bumi datar!
Mungkinkah TUHAN menulis bumi berbentuk segi empat?
Mungkinkah TUHAN keliru?
Mungkinkah TUHAN mengatakan bumi itu datar?
Jelas ini bukan Firman Tuhan!
Masih banyak ayat alkitab yang menyatakan bumi ini datar, bersudut 4, berujung ini masih banyak lagi lainnya:
Matius
12:42, Lukas 11:31, Kisah Rasul 1:8, Kisah Rasul 13:47, Roma 10:18,
Yesaya 24:16 , Yesaya 5:26, Amsal 30:4, Amsal 17:24, Mazmur 135:7,
Mazmur 98:3 , Mazmur 72:8, Mazmur 67:8, Mazmur 65:9, Mazmur 65:6, Mazmur
61:3, Mazmur 59:14, Mazmur 46:10, Mazmur 22:28, Mazmur 19:5, Mazmur
2:8, Ayub 38:13, Ayub 37:3, Ayub 28:24, Ulangan 33:1, Ulangan 28:6,
Ulangan 28:49, Ulangan 13:7.
Silahkan cek sendiri di
alkitab, terlalu panjang jika saya harus menuliskan satu persatu!
Sekarang silahkan Anda menilai Alqur’an ataukah Bible yang tidak ilmiah?
Wallohu’alam bishshowab....
Home
»
Hanina Menjawab
»
MENJAWAB TUDUHAN BUMI DATAR MENURUT ALQUR'AN
MENJAWAB TUDUHAN BUMI DATAR MENURUT ALQUR'AN
Written By Admin On Sabtu, 31 Agustus 2013 | 20.06
Labels:
Hanina Menjawab
0 comments :
Jika anda menyertakan link dalam komentar,baik itu link hidup maupun link biasa,maka admin akan menghapus komentar anda..
Terima Kasih.